Indonesia merupakan salah satu negara dengan intensitas gempa cukup tinggi. Indonesia dilalui oleh beberapa jalur gempa. Indonesia yang memiliki lebih 17 ribu pulau yang memiliki resiko gempa cukup tinggi, terutama pada daerah pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi dan Papua. Seiring dengan perkembangan teknologi, para ahli gempa melakukan penelitian untuk menciptakan alat yang bisa meminimalisir pengaruh gempa terhadap bangunan dan untuk mencegah terjadinya korban jiwa. Penggunaan peredam gempa berfungsi untuk mengurangi distribusi gaya gempa ke puncak bangunan. Untuk bangunan yang menggunakan peredam gempa bisa mengurangi gaya gempa sampai 75%, artinya gaya gempa yang diteruskan ke sisi atas bangunan hanya 25% saja. Tapi untuk bangunan tanpa menggunakan peredam gempa bisa saja 100% gaya gempa terdistribusi pada bangunan.
Untuk bangunan sederhana satu lantai yang menjadi perhatian khusus adalah pada bagian dinding dan pondasi. Pada sisi dinding untuk mencegah terjadinya retakan ataupun robohnya bangunan maka perlu ditambahkan pasangan kolom praktis untuk pasangan dinding setiap 12 m2.
Penggunaan kolom praktis juga perlu diperhatikan terutama penggunaan tulangan (utama dan beghel) dan juga jarak untuk tulangan beghel (sengkang). Fungsi utama dari kolom praktis adalah untuk mengunci pasangan dinding bata dari beberapa sisi dengan dinding lainnya.
Sedangkan untuk bangunan yang berlantai banyak ada beberapa jenis peredam gempa yang sering digunakan yaitu :
- Bantalan karet sering dikenal sebagai base isolation, tampaknya penggunaannya akan semakin berkembang luas di masa datang. Berbagai daerah di Indonesia yang dikategorikan rawan gempa, menjadikan bantalan karet peredam gempa ini sangat diperlukan untuk melindungi struktur bangunan. Bantalan karet ini tergolong murah, dan bukan merupakan alat berteknologi tinggi.
2. LUD (Lock Up Devices) Prinsip kerja LUD sangat sangat sederhana, jika diibaratkan tiang dan badan jalan layang sebagai huruf T. Dimana garis melintang sebagai badan jalan. Gerak redam LUD pada saat terjadi gempa, akan berlangsung dari arah kiri ke kanan atau sebaliknya. Dengan penggunaan cairan khusus (gel silikon) yang menjadi bantalan pada LUD, guncangan ekstrem akibat gempa, pada saat tertentu mengakibatkan LUD terkunci, dan mengakibatkan seluruh badan jalan dan tiang akan bergerak serentak ke arah yang sama seperti huruf T, ke kanan dan ke kiri. Sistem ini, juga bisa meredam gerakan liar, akibat guncangan yang disebabkan oleh getaran lainnya. Kekuatan LUD dengan gaya horizontal, adalah 3.400 kN/unit.
3. FVD (Fluid Viscous Damper)
Fungsi utama dari peralatan ini, adalah menyerap energi gempa dan mengurangi gaya gempa rencana yang dipikul elemen-elemen struktur. Sehingga, struktur bangunan menjadi lebih elastis dan mampu meredam guncangan gempa. Dengan mengaplikasikan peralatan FVD, gempa rencana yang dipikul elemen struktur menjadi lebih kecil. Sehingga, dengan kondisi tersebut diharapkan tidak terjadi kerusakan struktur bangunan ketika gempa terjadi.
Mekanisme kerja ini, dianalogikan seperti suspensi atau shock absorbser pada mobil, yang digunakan untuk mengatur pergerakan pegas di posisi tumpuan. Gaya redaman yang dibutuhkan relatif kecil, dibandingkan gaya yang dipikul pegas, akibat beban kendaraan dan beban guncangan.
Komentar
Posting Komentar