Menurut
SNI 03-3449-1994 beton ringan merupakan beton dengan berat di bawah 1860 kg/m3.
Penggunaan beton ringan digunakan karena adanya pengaruh terhadap berat
bangunan. Begitu juga dengan penggunaan dinding yang terbuat dari bata merah
(tanah lempung) juga tutrut memberikan bobot pada berat total bangunan yang
akhirnya akan berpengaruh pada desain elemen struktur.
Teknologi material bahan bangunan berkembang terus,
salah satunya beton ringan aerasi (Aerated
Lightweight Concrete/ALC) atau sering disebut juga (Autoclaved Aerated Concrete/ AAC). Sebutan lainnya Autoclaved Concrete, Cellular Concrete
(semen dengan cairan kimia penghasil gelembung udara ), Porous Concrete, dan di Inggris disebut Aircrete and Thermalite. Bata ringan yang diproduksi tidak perlu
dilakukan perendaman karena justru akan menjadikan bata ringan ringan rentan
rusak.
Bata ringan di pasaran ada beberapa jenis yang banyak
digunakan yaitu Bata ringan AAC. Ini adalah
beton seluler dimana gelembung udara yang ada disebabkan oleh reaksi kimia,
adonan AAC (autoclaved aerated concrete)
umumnya terdiri dari pasir kwarsa, semen, kapur, sedikit gypsum, air, dan
alumunium pasta sebagai bahan pengembang (pengisi udara secara kimiawi).
Setelah adonan tercampur sempurna, nantinya akan mengembang selama 7-8 jam.
Alumunium pasta yang digunakan dalam adonan tadi, selain berfungsi sebagai
pengembang ia berperan dalam mempengaruhi kekerasan beton. Volume aluminium
pasta ini berkisar 5-8 persen dari adonan yang dibuat, tergantung kepadatan
yang diinginkan.
Baton ringan AAC ini pertama kali
dikembangkan di Swedia pada tahun 1923 sebagai alternatif material bangunan
untuk mengurangi penggundulan hutan. Beton ringan AAC ini kemudian dikembangkan
lagi oleh Joseph Hebel di Jerman Barat di tahun 1943. Dia memutuskan untuk
mengembangkan sistem bangunan yang lebih baik dengan biaya yang lebih ekonomis.
Inovasi-inovasi brilian yang dilakukannya, seperti proses pemotongan dengan
menggunakan kawat, membuka kemungkinan-kemungkinan baru bagi perkembangan
produk ini.
Kemudian jenis lainnya yaitu Bata ringan CLC (cellular
lighweight concrete) adalah beton seluler yang mengalami proses curing
secara alami, CLC adalah beton konvensional yang mana agregat kasar (kerikil)
diganti dengan gelembung udara, dalam prosesnya mengunakan busa organik yang
kurang stabil dan tidak ada reaksi kimia ketika proses pencampuran adonan,
foam/busa berfungsi hanya sebagai media untuk membungkus udara.
Pabrikasi dan peralatan yang digunakan untuk
menghasilkan CLC juga standard, sehingga produksi dengan mudah dapat pula
diintegrasikan ke dalam pabrikasi beton konvensional. Hanya pasir, semen, air
dan foam yang digunakan dan kepadatan yand didapatkan dapat disesuaikan mulai
dari 350 kg/m³ sampai 1.800 kg/m³ dan kekuatan dapat juga dicapai
dari serendah 1,5 sampai lebih 30 N/mm².
Jenis lainnya adalah Bata Ringan ULC (Ultra Light Concrete) yang menggunakan
bahan tambah yang dapat memeberikan efek mengembang pada adukan saat prosese
produksi. Penggunaan ULC masih sangat terbatas karena masih kurangnya pemahaman
tentang penggunaan bahan tambah.
Bata
Ringan ULC
Bata Ringan ULC memiliki dimensi yang hampir sama
dengan jenis bata ringan lainnya. Biasanya ada 2 type yaitu dimensi 20 cm x 7,5
cm x 60 cm dan 20 cm x 10 cm x 60 cm dan yang menjadi perbedaannya hanyalah
ketebalan dari bata ringan. Kuat tekan yang dihasilkan oleh bata ringan
rata-rata berkisar 1 Mpa – 2,5 Mpa.
Material yang digunakan untuk membuat bata ringan ULC
adalah :
1. Semen
2. Agregat halus (pasir)
3. Gipsum plus
4. Aktifator (HDM)
5. Katalis
6. Air
Penggunaan agregat halus yang digunakan biasanya
menggunakan agregat yang biasa digunakan untuk pengecoran. Ada beberapa
keuntungan menggunakan bata ringan ULC, antara lain :
a. Tekstur bentuk yang rata karena menggunakan
cetakan dengan dimensi yang sama
b. Berat jenis yang ringan jika dibandingkan
dengan bata yang terbuat dari tanah lempung
c. Adanya
proses mengembang saat dilakukan produksi sehingga dapat melakukan penghematan
dalam penggunaan material.
Benda uji dilakukan pembukaan cetakan pada umur 1
hari dan bisa dikeringkan pada tempat yang tidak terlalu panas. Pengujian kuat
tekan dilakukan pada umur 28 hari. Sebelum dilakukan pengujian kuat tekan maka
permukaan benda uji perlu dirapikan agar rata dan memudahkan dalam melakukan
uji tekan. Kenaikan adukan saat sudah dimasukkan kedalam cetakan merupakan
pengaruh dari penggunaan bahan tambah katalis ketika sudah digabungkan dengan
material lain.
Luar biasa pak hamidi, saya mau tanya kegunaan karatalis pada pembuatan bata ringan CLC apakah bisa dilakukan atau berhasil mengembang? Trims
BalasHapusbsa dengan formula tertentu
BalasHapus